Sabtu, 11 Januari 2020

Macam Macam Konstruksi Pola

Kevin Taw
Banyak metode pembuatan pola yang kita kenal dalam dunia Fashion, manusia menciptakan Pola Dasar, sebelum dibuat menjadi busana, sehingga dengan adanya pola dasar, busana dapat dibuat dengan berbagai jenis desain, sesuai dengan keinginan. Dalam sejarah pembuatan busana sudah banyak sekali jenis pola dasar yang sudah diciptakan oleh para pemikir di bidang pembuatan busana.

Masing-masing cara dan sistem pembuatan pola dasar tersebut menggunakan cara-cara yang berbeda pula, namun apapun dan bagaimana pun caranya, hasilnya tetap dinamakan Pola Dasar. Masing-masing cara pembuatan pola dasar tersebut mempunyai kekuatan dan kelemahan yang berbeda pula, tergantung pada kecocokan atau kebiasaan para pengguna pola dasar tersebut. Secara umum macam-macam sistem atau metode pembuatan pola dasar busana tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Pola dasar metode Soen
  2. Pola dasar J.H. Meyneke
  3. Pola dasar Dressmaking
  4. Pola dasar Danckaerts
  5. Pola dasar Charmant
  6. Pola dasar Cuppens Geurs
  7. Pola dasar Bunka

Tidak ada sistem pembuatan pola dasar yang tidak baik, dan tidak ada pola dasar yang tidak bisa dirubah menjadi pola busana yang sesuai dengan desain. Baik atau buruknya suatu sistem pembuatan pola dasar tergantung pada kecocokan atau kebiasaan si pengguna pola tersebut.

Bunka adalah merupakan hasil penyempurnaan dari sistem pembuatan pola yang lama. Pembuatan pola dasar sistem Bunka adalah hasil riset atau penelitian yang dilakukan oleh University of Wuman Tokyo di Jepang atau Bunka Daigaku. University of Wuman adalah satu-satunya perguruan tinggi di Jepang yang secara terus menerus berkarya dan menerbitkan buku-buku khusus dibidang Fashion atau tentang busana.

A. Jenis Pola
Ada 3 (dua) Jenis pola yang biasa kita kenal yaitu:
  1. Pola konstruksi adalah pola yang dibuat sesuai dengan ukuran tubuh model.
  2. Pola Standar adalah pola yang dibuat dengan menggunakan ukuran yang sudah baku atau ukuran standar, seperti ukuran small (S), Medium (M), dan Large (L).
  3. Pola cetak adalah pola yang sudah siap untuk dipakai dengan ukuran tertentu dan sesuai dengan desain yang sudah disiapkan juga.

B. Teknik Pembuatan Pola Konstruksi
Teknik pembuatan pola konstruksi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
  1. Pola pulir atau Draping yaitu teknik pembuatan pola dengan cara membentuk dan menggunting bahan lansung pada model(tiga dimensi).
  2. Pola yang digambar pada kertas atau pada bahan tekstil(di atas kain)disebut dengan pola datar (drafting/ flats pattern) yaitu pola yang dibuat dengan cara di gambar pada kertas pola atau lansung pada bahan dengan menggunakan ukuran tubuh model yang sudah disiapkan sebelumnya.
  3. Pola Kombinasi (drafting/ flats pattern/ dan draping) yaitu pembuatan pola dengan cara menggabungkan menggambar dengan menggunting lansung pada bahan (drafting dan draping).

Untuk bisa membuat busana yang sesuai dengan desain yang diinginkan, dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu: Pertama dengan menggunakan pola dasar, kemudian dari pola dasar tersebut barulah dirubah menjadi pola yang disesuaikan dengan desain. Kedua langsung dibuat pada tubuh model biasa disebut dengan cara atau teknik Draping dan Draperie.

C. Pembuatan Pola Teknik Konstruksi
Teknik konstruksi adalah teknik pembuatan pola dengan menggunakan ukuran tubuh yang sebenarnya. Jadi bukan menggunakan ukuran standard dan bukan pula ukuran yang di skalakan maupun ukuran yang sengaja dibuat sendiri.

Tubuh manusia bergerak, dengan demikian pada bagian tubuh yang bergerak perlu diberi kelonggaran agar dapat bergerak dengan leluasa. Oleh sebaba itu sebelum membuat pola perlu ada analisa bentuk tubuh, karena perlu keterampilan khusus dalam memodifikasi pola agar pola yang dibuat sesuai dengan ukuran dan bentuk tubuh model.
 Banyak metode pembuatan pola yang kita kenal dalam dunia Fashion Macam Macam Konstruksi Pola
Gambar (1) di atas adalah bahan yang dililitkan terhadap orang yang bentuk punggungnya agak menonjol, akibatnya kelebihan bahan pada bagian pinggang belakang lebih banyak, karena didorong oleh punggung, sehingga lebar kupnat pada bagian pinggang belakang lebih besar dari orang atau model dua yang punggungnya lebih rata. Selanjutnya, pada bagian pinggang muka, gambar pertama, hanya sedikit ada kelonggaran bila dibandingkan dengan gambar model dua. Ini disebabkan model pertama agak sedikit bungkuk, sehingga bahan menjadi ketarik kebelakang.

Sedangkan model dua badannya tegak dan payud*ranya normal, sehingga kelebihan bahan antara bagian muka dengan belakang hampir seimbang. Pada pinggang bagian muka pada model dua, kelebihan bahannya lebih banyak dari model satu, sehingga pada gambar pola, kupnat bagian muka juga lebih lebar dari model satu.

Kesimpulannya adalah bahwa masing-masing bentuk tubuh harus ditangani dengan cara yang berbeda, disesuaikan dengan bentuk tubuh masing-masing model, tidak ada pola dasar yang langsung sesuai atau cocok untuk semua bentuk tubuh.

Karena pola dasar dibuat dengan berpedoman kepada model dengan bentuk tubuh ideal atau normal, sehingga tidak mungkin pola dasar tersebut bisa langsung digunakan untuk semua bentuk tubuh model, tetapi haruslah ada perbaikan dan sentuhan garis pola yang disesuaikan dengan bentuk tubuh model. Kita akan tau cara memperbaikinya tentu kalau kita sudah tau dan sudah menganalisis terlebih
dahulu bentuk tubuh model.

Tubuh kita terlihat seperti tabung (bulat) bila dilihat dari atas, Kalau kita coba melingkarkan kain atau bahan tekstil (dibuat kaku) pada tubuh seseorang, maka akan dapat kita lihat bahwa terdapat beberapa bagian bahan yang harus dilipat, digunting atau dibuang agar bahan tersebut bisa menempel dengan baik pada tubuh model/orang tersebut. Hal ini disebabkan karena bentuk tubuh manusia khususnya perempuan bukanlah bidang datar, melainkan terdiri dari beberapa lekukan maupun tonjolan,